Makalah PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM TASAWWUR DAN TASHDIQ

PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM
TASAWWUR DAN TASHDIQ

Mata Kuliah : Ilmu Mantiq
Dosen : Lilik Rochmad Nurcholisho, Lc., M.A
                                  





Disusun Oleh : Kelompok 1
Nama :
Arif Rahman Iskandar
Abdullah Wiryawirawan


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ) 
WONOSOBO, JAWA TENGAH 2017




Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Alloh yang Maha Esa karena atas segala berkat dan cinta kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Mantiq yang berjudul “Pengertian dan Macam-Macam Tasawwur dan Tashdiq”.
Sholawat dan salam tidak lupa kami haturkan kepada Baginda Rosul Nabi Muhammad S.A.W.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Lilik Rochmad Nurcholisho, Lc., M.A, selaku dosen mata pelajaran Ilmu Mantiq yang selalu memberikan bimbingan, dorongan dan masukan kepada kami.
Pihak yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, oleh sebab itu kami dengan kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan mahasiswa sekalian. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

                                                                

                  Wonosobo, 16 Maret 2017
                                                                                       

MUQODIMAH

Pengertian Ilmu Mantik 
Ilmu adalah pengetahuan tentag sesuatu bidang yang disusun secara bersisitem menurut metode – metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala – gejala tertentu dibidang (pengetehuan)itu.
Pada mulanya ilmu mantiq tidak tersusun sebagai ilmu dengan disiplin tersendiri, tetapi baru pada tangan Aristoteles (384-322 SM), ia menjadi sebuah disiplin ilmu dengan adanya sistematika atau tekhnik berfikir logis yang ia susun, sehingga ia diberi gelar sebagai guru/peletak ilmu mantiq. Awalnya ia dan para filosop Yunani yang lainnya menentang kelompok safsathah atau kelompok sofis yang berkembang pada saat itu, yang memiliki ketangkasan dalam berdebat yang menghujat dan merusak system social, agama dan moral dengan cara mengungkap pernyataan-pernyataan indah namun memuat penyesatan-penyesatan pemikiran dan membuang semua standar nilai dan norma moral, baik untuk kebaikan dan kebenaran ataupun untuk keburukan dan kesalahan.  seperti : kebaikan adalah yang ada pandang baik, keburukan adalah yang anda pandang buruk, dan sebagainya.
Kemudian pada zaman khalifah Abasiyah, tepatnya pada masa penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab, ilmu mantiq menyebrang ke dunia Islam. Diantara ulama dan cendikiawan muslim yang mendalami, menerjemahkan dan mengaarang di bidang ilmu mantiq adalah Abdullah ibn al-Muqaffa, Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi, Ibn Sina, Abu Nashr al-Farabi, Abu Hamid al Ghazali dan Ibn Rusyd.
Ilmu adalah mengerti dengan yakin atau mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan kenyataan maupun tidak. Ilmu Mantik merupakan bahasa arab yang berarti logika. Muhammad Nur Al- Ibrahim mengemukakan pengertian ilmu menurut ahli mantiq : “pencapaian objek yang belum diketahui dengan cara menyakini atau menduga keadaanya bisa sesuai dengan realita atau sebaliknya”.
Ilmu Mantik adalah “ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia kerah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan yang salah”.
Diantara manfaat ilmu mantiq adalah membuat daya fakir akal tidak saja menjadi lebih tajam tetapi juga menjadi lebih berkembang melalui latihan-latihan berfikir dan menganalisis serta mengungkap suatu permasalahan secara ilmiah, membuat seseorang menjadi mampu meletakan sesuatu pada tempatnya dan mengerjakan sesuatu tepat pada waktunya, serta membuat seseorang mampu membedakan antara pola piker yang benar dan yang salah.
PEMBAHASAN
Ilmu terbagi kepada Tashawwur dan Tashdiq.
Tashawwur 
Tashawwur adalah memahami sesuatu tanpa mengenakan/meletakan sesuatu (sifat) yang lain kepadanya. Seperti memahami kata Ahmad, pohon, kambing, rumah, gunung, sungai dan sebagainya.
Tashdiq 
Tashdiq adalah memahami hubungan antara dua kata, atau menetapkan sesuatu (kata) atas sesuatu (kata) yang lain. Seperti memahami Indonesia adalah Negara kaya, Negara Mesir tidak terletak di Asia, dan Langit bukan di bawah kita. Misalnya lagi ketika kita memahami Husein sebagaimana adanya, tanpa menetapkan sesuatu yang lain kepadanya maka ilmu mengenai Husein itu masih dalam tahap Tashawwur. Tetapi ketika seseorang mengatakan Husein sakit  berarti kita memahaminya dengan menetapkan (meletakkan) sifat sakit pada Husein,  maka pemahaman tersebut sudah berpindah dari Tasawwur kepada Tashdiq.  Untuk dapat sampai pada tashdiq (memahami nisbat) harus lebih dahulu tashawwur (memahami atau menemukan arti mufrad), jadi tashawwur harus ditemukan terlebih dahulu. Pemahaman terhadap Tashawwur ini sebagai dasar pemahaman terhadap Tashdiq jika pemahaman terhadap lafazh (tashawwur) benar, maka pemahaman (temuan pikiran) terhadap tashdiq juga benar atau mendekati benar. 
Perumpamaan lain yakni, kalimat “Zaid berdiri” mengandung empat tashawwur, yaitu gambaran pikiran (tashawwur) mengenai Zaid, mengenai berdiri, mengenai nisbah (hubungan) antara zaid dan berdiri, kemudian yang terakhir gambaran pikiran mengenai wujud atau terjadinya nisbah, gambaran pikiran yang terakhir dinamakan Tashdiq.
Masing-masing keduanya (tashawwur dan tashdiq) terbagi kepada badihi dan nazhari.
Badihi adalah pemahaman tentang sesuatu yang tidak memerlukan pikiran atau penalaran, seperti mengetahui diri merasa lapar, mengetahui diri karena dingin, mengetahui satu adalah setengah dari dua dan yang semacamnya.
Nazhari adalah pemahaman yang memerlukan pemikiran, penalaran dan pembahasan, seperti ilnu tentang matematika, kimia, radio, televise, computer, dan juga tentang alam sebagai sesuatu yang baharu yang harus ada penciptanya.
Pembahasan ilmu mantiq berkisar pada : lafazh (kata), qadhiyyah (susunan kata/preposisi) dan al istidlal (menarik kesimpulan).
Lafazh terbagi kepada :
Mufrad (tunggal) ;  yaitu kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya sendiri.
Lafazh mufrad terbagi kepada isim ; yaitu lafazh yang mempunyai arti tersendiri tanpa terikat dengan waktu, seperti masjid, madarsah, rumah dan lain-lain. Fi’il/kalimah ; yaitu lafazh yang mempunyai arti tersendiri yang terikat dengan waktu, seperti dzahaba = sudah pergi, yadzhabu = sedang/akan pergi, idzhab = pergilah. Dan adat/harf; yaitu sesuatu yang tidak menunujukan makna tersendiri, seperti bi (dengan), min (dari), wa (dan), dan selainnya.
Isim dilihat dari segi mafhumnya terbagi kepada kulli (universal) ; lafazh mufrod yang ketika disebutkan lantas menunjuk kepada semua arti atau maknanya. Seperti sungai, madrasah, burung dan lainnya. Juz’i (particular) ; yaitu lafazh mufrod yang ketika disebutkan hanya menunjuk kepada satu bagian saja dari keseluruhan. Seperti Jakarta, Mekkah, berlian, Ahmad dan lainnya.
Sedangkan isim dilihat dari ada atau tidak adanya madlul (yang ditunjuk) terbagi kepada muhashshal (positif) ; yaitu lafazh mufrod yang menunjuk kepada suatu benda yang ada atau suatu sifat yang ada. Seperti kota (yang ada), dermawan (sifat).  Ma’dul (negative) ; yaitu lafazh mufrad yang menunjuk kepada ketiadaan sesuatu atau ketiadaan sifat, seperti bukan kota, tidak dermawan. Adami’ (prifatif) ; yaitu lafazh mufrad yang menunjuk kepada ketiadaan sifat yang lazimnya ada, seprti buta = tidak melihat, tuli = tidak mendengar.
Murakkab (majemuk) ; yaitu lafazh/ kata-kata yang bagiannya masing-masing menunjuk kepada arti atau makna tersendiri, seperti pelajar yang sungguh-sungguh akan berhasil. Akhlaq adalah dasar keselamatan, lemparlah batu.
Lafazh murakkab terbagi kepada Tam ; yaitu kata-kata yang dirangkai sehingga memberi pengertian yang lengkap, seperti Abu Ja’far al Mansur adalah pendiri daulah Abbasiyyah. Lafazh murakkab tam terbagi kepada Khabari (lafazh yang isinya mungkin benar dan  mungkin pula salah) dan insya’I (kalimat sampurna yang tidak mungkin benar dan tidak mungkin pula salah).  Naqish ; yaitu rangkaian kata yang belum memberikan pengertian sampurna, seperti kitab tebal, gadis cantik,  rumah besar itu.
Mafhum/ haqiqoh/maahiyah adalah konsep yang ada di dalam diri, sedangkan maa shadaq adalah benda yang ada dalam realita yang dikenai lafazh. Seperti lafazh insan, yang memberi dua dilalah, pertama untuk konsep, yaitu hayawanun natiq (mafhum), kedua dilalah kepada diri insan, yaitu manusia-manusia yang ada di bumi (maashadaq).
Taqabulul alfazh adalah kata-kata yang berlawanan yaitu dua kata tidak mungkin berkumpul pada satu benda dalam satu waktu, seperti hitam dan putih.
Taqabulul alfazh terbagi kepada :
Naqidhain (contra dictories) yaitu berlawanan secara salab dan ijab (negative dan positif) seperti manusia dan bukan manusia, ada dan tidak ada.
Diddain (contraries) yaitu berlawanan secara ijab (positif) saja, seperti hitam dan putih.



























PENUTUP

Kesimpulan
Tashawwur adalah memahami sesuatu tanpa mengenakan/meletakan sesuatu (sifat) yang lain kepadanya
Tashdiq adalah memahami hubungan antara dua kata, atau menetapkan sesuatu (kata) atas sesuatu (kata) yang lain
Masing-masing keduanya (tashawwur dan tashdiq) terbagi kepada badihi dan nazhari.
Badihi adalah pemahaman tentang sesuatu yang tidak memerlukan pikiran atau penalaran, seperti mengetahui diri merasa lapar, mengetahui diri karena dingin, mengetahui satu adalah setengah dari dua dan yang semacamnya.
Nazhari adalah pemahaman yang memerlukan pemikiran, penalaran dan pembahasan, seperti ilnu tentang matematika, kimia, radio, televise, computer, dan juga tentang alam sebagai sesuatu yang baharu yang harus ada penciptanya.
Pembahasan ilmu mantiq berkisar pada : lafazh (kata), qadhiyyah (susunan kata/preposisi) dan al istidlal (menarik kesimpulan).
Lafazh terbagi kepada :
Mufrad (tunggal) ;  yaitu kata yang tidak mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya sendiri.
Murakkab (majemuk) ; yaitu lafazh/ kata-kata yang bagiannya masing-masing menunjuk kepada arti atau makna tersendiri, seperti pelajar yang sungguh-sungguh akan berhasil. Akhlaq adalah dasar keselamatan, lemparlah batu
Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa sehingga dapat dipraktekkan didalam kehidupan sehari-hari.

Komentar

Postingan Populer